Sebagai seorang Ibu, Anik Marwati tentunya sedih ketika pertama kali anaknya, Fahmi, harus menjalani sehari-hari dengan duduk di kursi roda. Hal ini disebabkan kelainan Duchene Muscular Dystrophy yang semakin parah. Ternyata, ujian itu tak berhenti. Adiknya Fahmi, Faqih, pun ikut mengalami hal yang sama. Meskipun tak mudah, ia harus meruntuhkan segenap kesedihan menjadi motivasi hidup. Ia percaya, anak adalah amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di akhirat. Hebatnya, kedua anaknya sanggup menembus Universitas Gadjah Mada, salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Apa saja yang beliau lakukan hingga mengantarkan kedua anaknya yang difabel bisa melangkah hingga sejauh ini? Semoga rangkuman dari difapedia di bawah ini bisa membuat kita bisa bersyukur dan bersemangat menjalani hidup yah, dears. Yuk, simak!
1. Pastikan Anak Bisa Menikmati Hidup
Hal pertama bagi Bunda Anik, sapaan akrab beliau, adalah Anak anak harus bisa menikmati hidup. Apapun dan bagaimanapun kondisinya biarkan mereka menjalani hidup dan kehidupannya. Nimati kehidupan mereka dengan melakukan kegiatan yang positif.
2. Pahamilah, Setiap Orang Tua Pasti Memiliki Tantangan
Tantangan bagi Bunda Anik adalah kedua anaknya sangat tergantung pada orang lain. Mereka belum sepenuhnya bebas. Mereka tidak sepenuhnya bisa mandiri. Hal inilah yang baginya harus dimaklumi. Sebagai manusia, selalu ada kelemahan. Yang membedakan baginya adalah bagaimana menjadikan kelemahan itu sebagai tantangan. Dan tantangan hidup itu harus dijalaninya. Ia tak akan pernah berpaling.
3. Gali Minat, Bakat dan Kemampuan Anak. Motivasi dan Fasilitasi
Dengan menggali, memotivasi dan memfasilitasi kemampuan, dan minat anak anak. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan sesuatu yg bermanfaat bagi anak. Berbeda dengan anak yang non-difabel. Untuk anak yang difabel, harus Bunda perhatikan secara seksama sejauh mana kemampuan anak. Karena hal tersebut terkait dengan ragam dan kondisi difabelitasnya.
Untuk Memfasilitasi anak-anaknya, Bunda Anik mendatangkan guru ke rumah. Bunda Anik juga mencarikan buku-buku yang diperlukan untuk anaknya. Semuanya membutuhkan totalitas.
4. Seringlah Ajak Anak untuk Berdiskusi
Bunda Anik tipe orang tua yang senang berdiskusi dengan anak anak tentang hasil yang diperoleh. Baik dari kegiatan yang bersifat akademik maupun non-akademik. Dari kegiatan tersebut kekurangannya terletak di mana. Hal inilah yang nantinya akan didiskusikan bersama untuk dicarikan jalana keluarnya.
5. Biasakan Anak-anak untuk Bersosialisasi dengan dunia luar
Ini yang seringkali Bunda abaikan, seringkali anak yang memiliki kekurangan disembunyikan dengan alasan menjadi aib bagi keluarga. Bunda Anik Mawarti meminta kita agar tidak memisahkan anak kita dengan dunia luar. Uniknya, untuk bisa bersosialisasi dg anak anak yang lain maka ia mendorong utk ikut lomba.. Misalnya lomba tentang IT, lomba tentang lingkungan, membuat alkohol dari limbah salak, membuat plastik dari limbah buah markisah, lomba desain, lomba iklan layanan masyarakat, dll. Pokoknya semua bidang lomba harus Bunda dicoba. Ini berlaku juga untuk semua anaknya, baik yang difabel maupun non-difabel.
6. Anak adalah Amanah, Didiklah Sebaik-baiknya
Finally, Bunda Anik berpesan bahwa anak adalah amanah. Mereka harus dididik dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan amanah apapun yang kita dapat di dunia ini akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Tidak berhenti pula, Bunda Anik pun senantiasa berdo’a agar anak-anaknya ikhlas. Menerima hidup dan kehidupannya. Sepenuhnya. Usaha senantiasa dibarengi dengan do’a yah, dears.
Leave a Reply