Tips Menghadapi Banjir untuk Difabel

Curah hujan yang cukup tinggi diprediksikan BMKG akan terjadi sepanjang Januari ini. Meskipun baru memasuki awal musim hujan, curah hujan yang tinggi yang diperparah dengan tata kelola yang kurang sigap dan memadai menjadikan banjir di beberapa daerah sangat buruk, utamanya di Jabodetabek. Selain lansia, wanita, dan anak-anak, kelompok yang relatif rentan adalah difabel.

Berikut ini Sholih Muhdlor yang kerapkali terlibat dalam penanganan kebencanaan berprespektif disabilitas berbagi tips kepada difapedia

1. Pastikan Tata Ruang Aman untuk Difabel

 Pastikan lokasi dimana difabel berada cukup aman dari benda-benda yang dibawa luapan air dan mudah untuk dilakukan evakuasi. Tidak ada sumber listrik yang terletak dibawah dan sulit dijangkau. Hal ini disebabkan dalam kondisi tertentu difabel cukup kesulitan melakukan mobolitas.

2. Standar Minimal Aksesibilitas Menuju Tempat Evakuasi

 Pastikan jalur menuju tempat evakuasi terpenuhi standar minimal aksesibilitasnya. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat jalur dan tempat evakuasi dengan penerangan cukup, jalur landai dan tidak licin, serta tersedia pegangan tangan atau rambatan. Standar minimal ini agar difabel bisa melakukan evakuasi mandiri dengan bantuan seminimal mungkin. Selain meningkatkan lingkungan yang inklusif, juga menghapus stigma difabel tidak bisa mandiri.

3. Prioritaskan Difabel, Lansia, Anak-anak, dan Perempuan

Saat hujan mulai deras dan diperkirakan akan banjir, segera evakuasikan kelompok rentan lebih dahulu, yakni difabel, anak-anak, lansia, dan perempuan. Ini dilakukan untuk mengamankan difabel dan lainnya sehingga anggota keluarga yang lain bisa konsentrasi untuk menyelamatkan barang-barang yang lain.

4. Memberitahukan Keberadaan Difabel kepada Tim Penyelamat, Dampingi Jika Perlu

Selain membantu sebisanya, beritahukan keberadaan difabel kepada tim penyelamat. Jika tim penyelamat belum memiliki perspektif difabel beritahukan bagaimana cara melakukan evakuasi, berikut dengan kondisi difabelnya. Jangan lupa dampingi jika diperlukan.

5. Siapkan Tanda, Simbol atau Bunyi yang Akses bagi Semua Ragam Difabel

Upayakan ada sumber bunyi yang bisa dipergunakan untuk meminta bantuan (peluit, kaleng, dll). Hal ini akan memudahkan bagi difabel Netra. Selain itu, jangan lupa tanda atau simbol secara visual agar adapat dijangkau difabel rungu. Bisa juga dengan memiliki ketrampilan bahasa isyarat sederhana.

6. Menyiapkan Kebutuhan dan Alat Bantu Pribadi bagi Difabel

Dalam kondisi tertentu, beberapa difabel membutuhkan keperluan yang sifatnya pribadi. Siapkan kebutuhan pribadi difabel dalam tas siaga yang kedap air, misalnya obat2an dan/atau alat bantu mobilitas darurat. Amankan di tempat yang cukup tinggi namun mudah dijangkau. Aksesibilitas sangat penting bagi kemandirian difabel.

7. Libatkan Difabel dalam Perencanaan dan Evakuasi

Keterlibatan difabel dalam proses perencanaan dan evakuasi dimaksudkan agar lebih maksimal dalam pelayanan dan meminimalisir timbulnya korban dari kelompok rentan. Hal ini juga dimaksudkan untuk meminimalisir dampak dari perspektif atau pemahaman masyarakat yang masih awam dalam hal difabel.

Patiut juga untuk dicatat, sebagian besar difabel masih memiliki kemampuan untuk melakukan penyelamatan mandiri pada beberapa situasi. Optimalkan kemampuan tersebut untuk memudahkan semua orang.

Tag:


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *