Bagi seorang Ibu yang memiliki anak difabel, Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember bukanlah sebatas euforia. Ia menjadi bukti yang sahih, cinta dan kasih sayang tak mengenal kondisi fisik. Ia akan tumbuh subur di manapun berada, termasuk di padang yang gersang sekalipun. Ia adalah teladan tentang bagaimana menghadapi kenyataan, dears..
Hal ini menjadi antitetis terhadap momen Hari Ibu yang seakan menjadi euforia semata, terlebih di media sosial. Sampai muncul satire
“Sudah ngomong Hari Ibu di medsos, sudah disampaikan langsung ke ibumu belum?” -_-
Ibu yang selalu Menjaga Amanah dengan Baik

Dalam diri mereka, mengakar kuat, bahwa anak adalah amanah dari Tuhan yang harus dijaga. Apapun kondisinya, amanah itu akan senantiasa bersamanya. Ia yang menjaganya dengan baik. Melalui setiap rangkaian demi rangkaian peristiwa dengan penuh kepasrahan kepada Tuhan.
Baca Juga: Dears Mom, Inilah Tips dari dr. Mahrunnisa untuk Bunda yang Memiliki Anak dengan Difabel
Ibu yang Selalu Menebarkan Cinta dan Kasih Sayang tanpa Melihat Kondisi Fisik

Dengan kondisinya yang berbeda dari segi fisik, Ibu selalu merawatnya. Ia menebarkan cinta kepada anak yang difabel. Bahkan memberikan perhatian lebih. Kasih sayangnya tidak pernah berhenti mengalir sekalipun kondisinya berbeda dengan anak tetangga kanan-kiri. Baginya, cinta kasih tidak mengenal fisik. Ia adalah cinta dan kasih sayang tanpa syarat.
Ibu yang Menjalani Hidup dengan Penuh Syukur, Ikhlas dan Semangat

Hidup akan senantiasa terus berjalan. Peristiwa demi peristiwa akan selalu diukir. Rangkaian peristiwa tersebut adalah bagian dari takdir yang sudah digariskan Tuhan. Itulah kenapa Ibu selalu bersyukur apapun yang sudah terjadi. Karena ia adalah yang terbaik bagi manusia.
Baca Juga : Wahai Emak-emak, Bijaklah Menggunakan Media Sosial dalam Menghakimi Anak dengan Difabel
“Syukuri apa yang ada, atau akan membuat hidup kita lebh tersiksa”, itulah nasihat dari Ibu saya. Yang membesarkan saya sebagai seorang difabel. Membesarkan saya dengan penuh keikhlasan. Karena keikhlasan akan mengantarkan pada kondisi hati dan pikiran yang lapang dalam menghadapi kenyataan. Ia akan mengarahkan pada jalan yang penuh gairah dan semangat.
Ibu yang Selalu Kuat Menghadapi Bullying

Memiliki anak yang difabel merupakan tantangan yang berat. Masyarakat yang masih cenderung memberikan stigma negatif menjadikan mereka tidak jarang mendapatkan bulying. Bagi seorang perempuan, kata-kata yang terlontar lebih tajam dan cenderung sulit disembuhkan. Namun, mereka lebih memilih untuk tetap bertahan. Di situlah ujian akan ketabahan. Ia akan lebih terluka lagi jika tidak ada kekuatan yang “hidup” dalam diri anak difabel, juga keluarganya.
Pada akhirnya, Selamat Hari Ibu, Teruslah Menjadi Teladan

Tidak mudah untuk menjadi seorang Ibu yang memiliki anak difabel. Kekuatan yang dibutuhkan cenderung berlipat agar kehidupan terus mengalir. Mereka yang terlampau luas hati menerima setiap kondisi. Mereka yang senantiasa lapang dalam setiap keadaan. Teruslah menjadi teladan.
Selamat Hari Ibu!
Leave a Reply