5 Hal yang Harus Kamu Ketahui Tentang Working Group Covid-19 untuk Difabel dan Lansia di Indonesia

Merebaknya Corona Virus Disease-19 (COVID-19), mau nggak mau menempatkan Indonesia berada dalam keadaan darurat. Hingga tulisan ini dibuat, sudah ada lebih dari 2092 orang terinfeksi dan jumlah yang meninggal mencapai 191 orang. Jumlah tersebut berpotensi naik mengingat belum terlihat pandemik akan berakhir. Di sisi lain, untuk melihat hasil tes Swab covid-19 terhadap Orang dengan Pengawasan (ODP) maupun Pasien dalam Pengawasan (PDP) membutuhkan waktu lama.

Meskipun demikian, kita layak mengapreisasi perjuangan pemerintah, tenaga medis, hingga masyarakat yang sudah berusaha sekuat tenaga yah, guys. Nggak melulu Cuma sibuk nyinyirin doang..

Dari berbagai kelompok masyarakat yang ada, difabel dan lansia memilki potensi dampak yang cukup signifikan. Baik dampak langsung maupun nggak langsung. Nah, mengingat hal tersebut, lahirlah sebuah Working Group Covid-19 untuk Difabel dan Lansia. Sebuah kelompok kerja bersama antara organisasi yang bersentuhan dengan difabel dalam upaya meminimalkan dampak covid-19 bagi difabel dan lansia sebagai kelompok rentan terdampak.

1. Inisiatif Beberapa Organisasi Difabel di DIY

Working Group Covid-19 untuk Difabel dan Lansia ini diprkarsai oleh beberapa organisasi difabel yang ada di DIY. Mereka antara lain; SAPDA, SIGAB, CIQAL, Yakkum, dan lain-lain. Semuanya berawal dari petisi yang disusun bersama untuk menuntut adanya informasi dan layanan yang aksesibel bagi difabel dan lansia. Pada akhirnya, ditindaklanjuti dengan pembentukan working group khusus ini yang melibatkan dari berbagai organisasi yang berjuang di isu difabel di Indonesia. Gerakan bersama sangat penting kan, guys?

Baca Juga: 6 Hal yang Harus Disikapi Pemerintah terkait Pandemi Covid-19 bagi Difabel

2. Menempatkan Difabel dan Lansia sebagai Kelompok Rentan

Difabel sebagai Kelompok Rentan ( via www.liputan6.com )

Menimbang kondisi, secara umum, Difabel dan Lansia merupakan kelompok yang cukup rentan. Hal ini akan semakin rentan jika melihat karakteristik dari Covid-19. Yakni, kelompok yang paling rentan terpapar virus adalah kelompok lanjut usia dan yang memiliki riwayat sakit. Difabel yang nggak sedikit memiliki masalah kesehatan sudah tentu memiliki kerentanan yang semakin ganda, bukan? Sedangkan untuk lanjut usia, sudah umum diketahui merupakan pihak yang paling rentan dibandingkan usia muda dikarenakan sistem imun yang sudah melemah.

3. Tersebar di DIY, Jateng, Jatim, Papua dan Sulsel

Working Group Covid-19 untuk Difabel dan Lansia juga sudah terbentuk di DIY, Jateng, Jatim, Papua dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Pelibatan organisasi yang berada di luar DIY merupakan bukti kuatnya jaringan yang dibangun antar organisasi yang peduli terhadap difabel. Sebuah langkah yang cukup progresif dan responsif. Dengan adanya working group ini, upaya untuk memberikan pelayanan dan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan ragam difabel dan lansia diharapkan bisa lebih maksimal.

Baca Juga: Empat Pembelajaran dari Yang Chen, Anak dengan Difabel di China yang Meninggal Setelah Ayahnya Dikarantina Akibat Covid-19

4. Upaya Penanganan Kebencanaan yang Inklusif

Apa yang dilakukan working group ini nggak lain sebatas upaya membentuk tatanan masyarakat yang inklusif, khususnya terkait dengan kebencanaaan. Sesuatu yang selama ini cukup terpinggirkan. Misalnya, dimulai dengan memberikan informasi pencegahan, penanganan, dan pelayanan covid-19 bagi difabel dan lansia. Selain itu, juga upaya untuk pemetaan difabel dan lansia terdampak yang berbasis ragam disabilitas sesuai dengan kebutuhannya. Mengingat terdapat kebutuhan yang bersifat khusus dan berbeda

5. Penegasan DIY sebagai Percontohan Gerakan Inklusi

Dengan banyaknya organisasi yang bergerak di isu difabel di Yogyakarta, nggak heran sih jika pergerakan isu difabel cukup bagus. Menjamurnya organisasi yang bergerak di isu difabel barangkali merupakan impact dari Yogyakarta sebagai salah satu Kota Pendidikan di Indonesia. Sebagai Kota Pendidikan, banyak melahirkan kelompok terpelajar dan kritis terhadap isu kemanusiaan, termasuk isu difabel. Maka lahirlah program-program yang memberikan dampak nyata bagi difabel. Misalnya, Keberadaan Perda Tentang Perlindungan Hak-hak Difabel, Bantuan Hukum bagi Difabel, Pendidikan Inklusi, dan lain-lain. Organisasi-organisasi yang berada di DIY pun seringkali diminta untuk menjadi konsultan di beberapa daerah di Indonesia.

Kita nggak tahu kapan pandemik covid-19 akan berakhir. Namun, akan lebih bijak jika kita melakukan upaya dari hal kecil. Dari lingkungan sekitar kita kan, guys..

Semoga dampak corona ini akan segera berakhir. Biar semuanya bisa seperti sedia kala. Nggak lagi LDR-an sama pacar gara-gara memilih #DiRumahSaja. Juga nggak garing selama ini nggak bisa keluar kemana-mana… -_-

Tag:


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *