Sebagai bagian dari pengabdian ke masyarakat, komunitas penerima beasiswa Lembaga Pendanaan Dana Pendidikan (LPDP) angkatan 169 (PK-169) Gunandhya Janitra melaksanakan webinar bertema “Bincang Gunandhya: Sahabat Difabel, Produktif dan Inspiratif” pada Sabtu (12/12). Webinar ini merupakan kick off dari rangkaian proyek sosial “Akselerasi Pemberdayaan Masyarakat Difabel” yang akan diselenggarakan PK-169 Gunandhya Janitra dalam 12 bulan ke depan.
Tema ini dipilih sebagai bagian dari upaya PK-169 Gunandhya Janitra untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia bahwa kaum difabel juga memiliki hak dan peran yang sama dengan orang normal lainnya. Selain itu, pada tanggal 3 Desember baru saja diperingati Hari Disabilitas Internasional.
1. Semangat Inklusifitas
“Kami mengadakan webinar ini dalam rangka menyebarkan semangat inklusifitas karena seperti yang kita tahu dalam peringatan hari disabilitas internasional tanggal 3 desember lalu itu mengusung tema Not All Disabilities Are Visible. Masih kita temui di sekitar kita memang stigma yang membuat sahabat difabel tidak semua terlihat, tidak semua memiliki aksesibilitas, tidak semua memiliki hak yang sama,” ujar Putri Putih Puspa Asri, Ketua Proyek Sosial PK-169 Gunandhya Janitra.
2. Komitmen membangun ruang ramah difabel
Putri juga mengajak semua peserta yang hadir untuk berkontribusi dalam mewujudkan komitmen bangsa membangun ruang yang kondisif aman dan nyaman bagi kaum difabel.
3. Keterlibatan multisektor
“Dari acara ini pula kami berharap dapat menjadi salah satu wadah terbentuknya sinergitas seluruh komponen bangsa termasuk di antaranya pemerintah, organisasi masyarakat sipil, institusi akademik, dan sektor swasta lainnya dengan organisasi-organisasi masyarakat difabel sehingga nantinya akan ada manfaat yang dirasakan oleh seluruh kalangan tanpa terkecuali,” jelas Putri. Webinar dibuka langsung oleh Direktur Utama LPDP Rionald Silaban. Dalam sambutannya, Rionald mengapresiasi proyek sosial yang diusung oleh 153 anggota PK-169 Gunandhya Janitra.
4. Pelatihan keterampilan
“Program sosial ini terdiri dari berbagai kegiatan yang salah satunya dalam betuk pelatihan pengembangan keterampilan yang berkelanjutan kepada masyarakat difabel, dan menghubungkannya dengan berbagai bisnis kreatif sehingga dapat meningkatkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat difabel,” ujar Rionald Silaban, Direktur Utama LPDP saat membuka acara.
5. Difabel bukan penghalang mimpi kita
Pada sesi pertama, menghadirkan pengusaha di bidang internet sekaligus motivator yang juga merupakan penyandang disabilitas, Habibie Afsyah. Habibie yang mengidap penyakit Muscular Dystrophy (penyusutan otot) sedari kecil, yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh kecuali ibu jari tangan kanannya ini, mengatakan bahwa keterbatasan yang dimilili para penyandang disabilitas tidak boleh menjadi penghalang untuk berkarya. Menurutnya, setiap orang mempunyai potensi untuk terus dikembangkan, terlepas dia penyandang disabilitas maupun tidak.
“Saya percaya banget bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan terlahir tanpa potensi,” tegas Habibie. “Apapun keterbatasannya tidak boleh membatasi mimpi-mimpi kita.”
6. Masalah klasik; kesadaran non-difabel
Sementara pada sesi kedua, menghadirkan CEO Parakerja – platform pendidikan untuk penyandang disabilitas dan nondisabilitas agar memiliki akses kesetaraan dalam aspek pendidikan, aksesibilitas, dan pekerjaan – Rezki Achyana.
“Selama ini kita itu terlalu berfokus untuk meningkatkan kapasitas (penyandang) disabilitasnya terus. Tetapi sering kali kita lupa bahwa salah satu alasan dari tidak terserapnya teman-teman disabilitas di dunia kerja, ada peran kita orang-orang nondisabilitas,” ungkap Rezki.
Webinar “Bincang Gunandhya: Sahabat Difabel, Produktif dan Inspiratif” ini pun ditutup dengan penampilan stand-up comedy dari Dani Aditya. Dani sendiri merupakan komika difabel pertama di Indonesia. Yuk, kita bangun kesadaran lingkungan yang inklusif. Kondusif, nyaman, dan aman bagi difabel. Lebih dari itu, kita juga nggak sepenuhnya berfokus pada difabel itu sendiri, lingkungan penerimaan yang masih belum sepenuhnya menerima difabel itulah yang menjadi salah satu penyumbang utama dalam mewujudkan kesejahteraan difabel. Perspektif memandang difabel yang terpaku pada kondisi fisik menyebabkan difabel banyak ditolak di berbagai bidang.
Leave a Reply