Pandemi covid-19 hingga saat ini belum usai. Beberapa negara, termasuk di Indonesia, memutuskan untuk melakukan vaksinasi bagi warganya untuk mencapai herd immunity. Prioritas pertama pemerintah adalah tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, hingga pegawai Rumah Sakit. Prioritas kedua adalah mereka yang bekerja di sektor pelayanan publik.
Saat membicarakan kerentanan, apakah difabel termasuk kelompok yang mendapatkan prioritas? Beberapa hal ini bisa kita telaah bersama, guys…
1. Difabel rentan terkena penyakit

Seperti yang sudah menjadi rahasia umum, beberapa difabel memiliki kerentanan terhadap penyakit. Utamanya mereka yang menjadi difabel disebabkan sistem imun tubuh yang lemah. So, jika melihat fakta ini ada baiknya pemerintah bisa memberi perhatian serius.
Baca Juga: 4 Hal ini Membuat Difabel dan Lansia Paling Rentan Terdampak Covid-19
2. Difabel memiliki akses yang terbatas

Dalam konteks negara dunia ketiga, difabel di Indonesia masih memiliki akses yang masih terbatas dibandingkan non-difabel. Akses terbatas tersebut termasuk di dalamnya dalam bidang kesehatan. Kita dapat menjumpai beberapa fasilitas layanan kesehatan,seperti puskesmas, Rumah Sakit, maupun Poliklinik yang masih belum akses kepada difabel.
3. Perspektif kepada difabel yang menggunakan standar medis

Kita nggak bisa memungkiri jika di beberapa daerah masih menggunakan standar medis dalam memberikan perspektif kepada difabel. Sekalipun undang-undang No 8 Tahun 2016 sudah jelas mengedepankan perpektif sosial, masih ada beberapa pihak yang menempatkan difabel sebagai “penyakit”. Hal ini harusnya menjadi penguat untuk memberikan “sentuhan” lain bertepatan dengan momentum covid-19.
4. Regulasi menempatkan difabel sebagai kelompok rentan

Dalam UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, kelompok difabel dimasukkan kelompok rentan. Sebagai kelompok rentan, ia masuk ke dalam skala prioritas. Meskipun demikian, dalam prakteknya seringkali difabel masih menjadi kelompok nomor dua.
Pandemi covid-19 memang susah diprediksi. Kita nggak tahu kapan akan berakhir. Meskipun demikian, apabila vaksinasi bisa dilakukan dengan tepat, tepat dosisi dan tepat sasaran, paling nggak bisa meminimalisir pandemi. Bahkan, berpeluang untuk menghentikan pandemi.
Semoga
Leave a Reply