Dengan kecenderungan perkembangan menuju Revolusi Digital, sudah selayaknya generasi muda terlibat di dalamnya. Tentunya dengan dengan pendekatan yang keterbukaan, inklusif, dan menghargai keberagaman. Hal inilah yang ditekan oleh Mukhanif Yasin Yusup, Direktur Yayasan Difapedia pada acara Workshop Jurnalistik Inklusif, yang diselenggarakan oleh Yayasan Difapedia Indonesia Inklusi bekerjazama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jum’at-Minggu (26-28/11).
- Tantangan Teknologi Digital
“Tantangan media digital saat ini yang berkaitan dengan pemuda adalah bagaimana jiwa kreatif dan inovatif disertai dengan sikap kritis” Terang Hanif.
Menurutnya, dengan sikap kritis yang dimiliki akan menyadari tanggung jawab yang diembannya. Yakni memanusiakan manusia, termasuk dalam isu difabel yang hingga saat ini masih terpinggirkan.
2. Generasi Muda sebagai masa depan bangsa
Workshop dengan tema “Membangun Generasi Muda Kreatif yang Inklusif ini diikuti 51 peserta dari berbagai daerah, yakni Purbalingga, Banjarnegara, Semarang, dan Banyumas. Workhsop ini juga menghadirkan peserta dari difabel dan non-difabel sebagai bagian dari membangun upaya inklusif di kalangan generasi muda sebagai salah satu pilar penting negara.
Keberadaan mereka sudah selayaknya diperhatikan, kan?
3. Perspektif baru
“Workshop ini sangat menarik sekali. Bagi kami juga merupakan isu baru. Kedepannya semoga tidak hanya berhenti sampai di sini. Difapedia dapat menjadi wadah bagi mereka untuk berkarya, khususnya menyuarakan isu difabel lewat platform digital” terang Robert Hendra Yudiarto, M.Sn selaku pemateri Kelas Video bersama Riri Irma Suryani, M.Sn dari Prodi Desain Komunkasi Visual, Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
Menurut salah satu peserta non-difabel dari Banyumas, Aditya, acara ini mampu memberikan cara pandang baru terhadap melihat difabel.
4. Menghapus stigma negatif terhadap difabel
Pasangka buruk dan citra negatif terhadap difabel sanggup terkikis dengan mengikuti acara ini. Poin inilah yang juga ditekankan oleh Aditya. Sebelumnya dia belum pernah bersentuhan dengan difabel, menganggap difabel nggak bisa apapun, gampang tersinggung, dan stigma negatif lainnya. Lewat workshop ini ternyata ia merasa teman difabel sangat asyik dan humble.
Yayasan Difapedia Indonesia Inklusi sendiri belum genap berdiri setahun. Meskipun demikian, program-program yang memiliki tujuan mewujudkan Jateng Inklusi, khususnya di Kabupaten Purbalingga, sudah cukup terlihat. Baik yang bersifat campaign maupun action. Misalny lewat platform difapedia.com, media sosial difapedia, kompetisi essay dan video tentang difabel, hingga pembuatan toilet gratis bagi keluarga difabel.
Leave a Reply