Ruang digital saat ini sudah berkembang sangat pesat, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk menjadi pelaku, atau justru menjadi korban, termasuk bagi penyandang disabilitas. Hal ini ditegaskan Abdurrahman Hamas Nahdly, Kepala Divisi Program Siberkreasi Kementerian Kominfo dalam sambutan acara Workshop Literasi Digital Disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis (10/8).
“Siberkreasi menjadi gerakan untuk membangun kesadaran dan kapasitas digital. Banyak sekali fitur yang berkembang di era digtal” terang Hamas.
Lebih lanjut, Hamas menjelaskan bahwa kita sudah diamanatkan melalui undang-undang dan peraturan pemerintah tentang penyandang disabilitas. Menjadi tanggung jawab seluruh stakeholder untuk pembangunan yang inklusif kepada penyandang disabilitas.
“Ruang digital menjadi tools untuk mengembangkan disabilitas yang berdaya” pungkasnya.
Sementara itu, Mukhanif Yasin Yusup selaku Direktur Difapedia, menjelaskan bahwa Jakarta menjadi kota kedua setelah roadshow di Yogyakarta.
“Dengan workshop literasi digital yang inklusif ini, diharapkan dapat membekali teman-teman disabilitas dalam mengelola sektor digital. Disabilitas bukanlah penghalang untuk meraih masa depan yang cemerlang, sehingga tidak perlu minder karena saat ini banyak peluang untuk disabilitas untuk berkarya di berbagai sektor” terang Mukhanif.
Acara yang merupakan kolaborasi antara Difapedia, Siberkreasi dan Center for Student with Special Needs (CSSN) UIN Syarif Hidayatullah ini diikuti sekutar 100 penyandang disabilitas dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi, bahkan ada yang datang dari Purwakarta. Selain Hamas, hadir menjadi pemateri adalah Wildanshah, dan Didit Restianto.
“Teman-teman difabel memiliki kepentingan untuk terlibat dalam setiap kebijakan, bukan hanya dari pemerintah. Dengan adanya teknologi itu memudahkan kita untuk berkomunikasi. Sekarang adalah fase bagaimana kita mengembangkan diri. Kita membutuhkan atensi publik dari teman-teman disabilitas. Misalnya, Konten-konten yang viral di tiktok adalah konten yang jujur dan apa adanya. Apapun yang dirasakan, utarakan saja di media social” terang Wildanshah, founder Perkumpulan Warga Muda.
Sementara itu Didit Restianto, seorang praktisi marketplace menantang penyandang disabilitas untuk memanfaatkan media social untuk pemberdayaan diri, baik untuk menjual produknya sendiri ataupun produk orang lain. Hal ini dikarenakan untuk terjun di sector digiral, khususnya marketplace tidak harus memiliki produk sendiri. Didit juga mempraktikkan bagaimana [roses berjualan lewat media social Tik-Tok yang saat ini sedang trend.
Sementara itu Nadya Kharima sebagai perwakilan dari CSSN UIN Jakarta merasa senang dengan adanya kegiatan ini. “Kerjasama ini menjadi wadah untuk kita lebih dekat dengan teman-teman disabilitas dan belajar dengan mereka. Di tengah keterbatasan yang dimiliki, mereka tetap mau datang, sehingga semangat itu menjadi motivasi untuk kita belajar” terangnya.
Acara ini juga dimeriahkan dengan hiburan penampilan dari anak-anak special lho. Tari Ondel-ondel dari anak-anak down syndrome yang tergabung dalam Trio FaJeRi, serta penampilan vokal solo “Jangan Menyerah” yang penuh makna dan penghayatan oleh Ananda Farli, seorang Disabilitas Daksa dari Depok.
Leave a Reply